Saturday, November 16, 2013

Lampung : Dalam hubungannya dengan provinsi, budaya, sastra dan boru Lampung



#SELAMAT MALAM PARA KAWAN#
(Menyimak info sekitar Provinsi Lampung dan melihat hasil
karya Putra Batak dalam Sastra Lampung serta melihat suka
duka marboru Lampung)
_______________________________________________________









_______________

Kata Pengantar
_______________















Para pembaca angkolafacebook.blogspot.com...!

Empat atau opat subjudul pada postingan ini dihadapkan untuk
ada. Sudikah anda membaca semuanya...?

Sudi tak sudi, andalah yang mengaturnya.
Berikut sub judul tersebut :

1. Sekilas Provinsi Lampung
2. Putra Batak Sastrawan Lampung
3. Mak Dawah Mak Dibingi
4. Marboru Lampung
5. Penutup

Semoga info memberi manfaat
dan selamat menyimak...!
_________________________

1. Sekilas Povinsi Lampung
_________________________

















Lampung adalah sebuah provinsi paling selatan di Pulau Sumatera,
Indonesia. Di sebelah utara berbatasan dengan Bengkulu dan
Sumatera Selatan.

Provinsi Lampung dengan ibukota Bandar Lampung, yang merupakan
gabungan dari kota kembar Tanjungkarang dan Telukbetung memiliki
wilayah yang relatif luas, dan menyimpan potensi kelautan.

Pelabuhan utamanya bernama Pelabuhan Panjang dan Pelabuhan
Bakauheni serta pelabuhan nelayan seperti Pasar Ikan (Telukbetung),
Tarahan, dan Kalianda di Teluk Lampung.

Sedangkan di Teluk Semangka adalah Kota Agung (Kabupaten Tanggamus),
dan di Laut Jawa terdapat pula pelabuhan nelayan seperti Labuhan
Maringgai dan Ketapang.

Di samping itu, Kota Menggala juga dapat dikunjungi kapal-kapal
nelayan dengan menyusuri sungai Way Tulang Bawang, adapun di
Samudra Indonesia terdapat Pelabuhan Krui.

Lapangan terbang utamanya adalah "Radin Inten II", yaitu nama baru
dari "Branti", 28 Km dari Ibukota melalui jalan negara menuju Kotabumi,
dan Lapangan terbang AURI terdapat di Menggala yang bernama Astra
Ksetra.

*Lahir Porovinsi Lampung

Provinsi Lampung lahir pada tanggal 18 Maret 1964 dengan ditetapkannya
Peraturan Pemerintah Nomor 3/1964 yang kemudian menjadi Undang-undang
Nomor 14 tahun 1964. Sebelum itu Provinsi Lampung merupakan
Karesidenan yang tergabung dengan Provinsi Sumatera Selatan.

Kendatipun Provinsi Lampung sebelum tanggal 18 maret 1964 tersebut
secara administratif masih merupakan bagian dari Provinsi Sumatera
Selatan, namun daerah ini jauh sebelum Indonesia merdeka memang
telah menunjukkan potensi yang sangat besar serta corak warna
kebudayaan tersendiri yang dapat menambah khasanah adat budaya di
Nusantara yang tercinta ini.

*Bahasa Lampung

Masyarakat Lampung yang plural menggunakan berbagai bahasa, antara
lain: bahasa Indonesia, bahasa Jawa, bahasa Sunda, bahasa Bali, bahasa
Minang dan bahasa setempat yang disebut bahasa Lampung.

*Teater

















Perkembangan teater di Lampung banyak dilatarbelakangi dari keinginan
para pelajar dan mahasiswa yang tergabung dalam kelompok seni untuk
mendalami seni peran dan pertunjukkan. Beberapa kelompok teater
kampus dan pelajar yang masih tercatat aktif sampai saat ini adalah
teater Kurusetra (UKMBS Unila), KSS (FKIP Unila), Green Teater
(Umitra), Teater Biru (Darmajaya), Teater Kapuk (STAIN Metro),
Teater Sudirman 41 (SMAN 1 Bandar Lampung), Teater Gemma
(SMAN 2 Bandar Lampung), Teater Palapa (SMAN 3 Bandar Lampung),
Teater Sanggar Madani(SMAN 5 Bandar Lampung), Teater Handayani
(SMAN 7 Bandar Lampung), Kolastra (SMAN 9 Bandar Lampung), Teater
Sebelas (SMAN 11 Bandar Lampung), Teater Pelopor (SMA Perintis 1
Bandar Lampung), Insyaallah Teater (SMU Perintis 2 Bandar Lampung),
Teater Cupido (SMAN 1 Sumberjaya)

Dalam tiap tahunnya even-even teater seperti pertunjukan, lomba, workshop
dan diskusi kerap digelar di Provinsi ini serta tempat tempat yang sering
digunakan adalah Gedung Teater Tertutup Taman Budaya Lampung,
Auditorium RRI, GSG UNILA, Academic Centre STAIN Metro,
Gedung PKM Unila, Aula FKIP Unila, Pasar Seni Enggal.

Adapun even tahunan teater yang terbesar di Lampung adalah Liga
Teater SLTA se-Provinsi Lampung sebagai ajang apresiasi para aktor
Pelajar Lampung yang kualitasnya tidak kalah dengan pelajar
di luar Lampung.

*Musik




















Sebagaimana sebuah daerah, Lampung memiliki beraneka ragam jenis
musik, mulai dari jenis tradisional hingga modern (musik modern
yang mengadopsi kebudayaan musik global). Adapun jenis musik yang
masih bertahan hingga sekarang adalah Klasik Lampung. Jenis musik
ini biasanya diiringi oleh alat musik gambus dan gitar akustik.
Mungkin jenis musik ini merupakan perpaduan budaya Islam dan budaya
asli itu sendiri.

*Tarian :
















Ada berbagai jenis tarian yang merupakan aset budaya Provinsi
Lampung. Salah satu jenis tarian yang terkenal adalah Tari
Sembah dan Tari Melinting (saat ini nama Tari Sembah sudah
dibakukan menjadi Sigeh Pengunten). Ritual tari sembah biasanya
diadakan oleh masyarakat lampung untuk menyambut dan memberikan
penghormatan kepada para tamu atau undangan yang datang, mungkin
bolehlah dikatakan sebagai sebuah tarian penyambutan.

Selain sebagai ritual penyambutan, tari sembah pun kerap kali
dilaksanakan dalam upacara adat pernikahan masyarakan Lampung.

*Busana Adat Lampung




















Daerah Lampung dikenal sebagai penghasil kain tapis, kain
tenun bersulam benang emas yang indah. Kain ini dibuat oleh
wanita. Pada penyelenggaraan upacara adat, seperti perkawinan,
tapis yang dipenuhi sulaman benang emas dengan motif yang indah
merupakan kelengkapan busana adat daerah Lampung.

Dalam keseharian laki-laki Lampung mengikat kepalanya dengan
kikat. Bahannya dari kain batik. Bila dipakai dalam kerapatan
adat dipadukan dengan baju teluk belanga dan kain. Lelaki muda
Lampung lebih menyukai memakai kepiah/ketupung, yaitu tutup kepala
berbentuk segi empat berwarna hitam terbuat dari kain tebal, apalagi
kalau ingin bertemu dengan gadis.

Untuk mengiring pengantin dikenakan kekat akkin, yaitu destar
dengan bagian tepi dihias bunga-bunga dari benang emas dan bagian
tengah berhiaskan siger, serta di salah satu sudutnya terdapat
sulaman benang emas berupa bunga tanjung dan bunga cengkeh.

Sebagai penutup badan dikenakan kawai, yaitu baju berbentuk teluk
belanga belah buluh atau jas. Baju ini terbuat dari bahan kain
tetoron atau belacu dan lebih disukai yang berwarna terang. Tetapi
sekarang banyak digunakan kawai kemija, yaitu bentuk kemeja seperti
pakaian sekolah atau moderen.

Pemakaian kawai kemija ini sudah biasa untuk menyertai kain dan
peci, ketika menghadiri upacara adat sekalipun. Bagian bawah
mengenakan senjang, yaitu kain yang dibuat dari kain Samarinda.
Bugis atau batik Jawa. Tetapi sekarang telah dikenal adanya
celanou (celana) pendek dan panjang sebagai penganti kain.

Kaum wanita Lampung sehari-hari memakai kanduk/kakambut atau
kudung sebagai penutup kepala yang dililitkan. Bahannya dari kain
halus tipis atau sutera. Selain itu, kaum ibu kadangkadang
menggunakannya sebagai kain pengendong anak kecil.

Lawai kurung digunakan sebagai penutup badan, memiliki bentuk
seperti baju kurung. Baju ini terbuat dari bahan tipis atau sutra
dan pada tepi muka serta lengan biasa dihiasi rajutan renda halus.
Sebagai kain dikenakan senjang atau cawol. Untuk mempererat ikatan
kain (senjang) dan celana di pinggang laki-laki digunakan bebet
(ikat pinggang), sedangkan wanitanya menggunakan setagen.

Perlengkapan lain yang dikenakan oleh laki-laki Lampung adalah
selikap, yaitu kain selendang yang dipakai untuk penahan panas
atau dingin yang dililitkan di leher. Pada waktu mandi di sungai,
kain ini dipakai sebagai kain basahan. Selikap yang terbuat dari
kain yang mahal dipakai saat menghadiri upacara adat dan untuk
melakukan ibadah ke masjid.

Untuk menghadiri upacara adat, seperti perkawinan kaum wanita,
baik yang gadis maupun yang sudah kawin, menyanggul rambutnya
(belatung buwok). Cara menyanggul seperti ini memerlukan rambut
tambahan untuk melilit rambut ash dengan bantuan rajutan benang
hitam halus.

Kemudian rajutan tadi ditusuk dengan bunga kawat yang dapat
bergerak-gerak (kembang goyang). Khusus bagi wanita yang baru menikah,
pada saat menghadiri upacara perkawinan mengenakan kawai/kebayou
(kebaya) beludru warna hitam dengan hiasan rekatan atau sulaman benang
emas pada ujung-ujung kebaya dan bagian punggungnya. Dikenakan
senjang/ cawol yang penuhi hiasan terbuat dari bahan tenun bertatah
sulam benang emas, yang dikenal sebagai kain tapis atau kain Lampung.
Sulaman benang emas ada yang dibuat berselang-seling, tetapi ada
yang disulam hampir di seluruh kain.

Para ibu muda dan pengantin baru dalam menghadiri upacara adat
mengenakan kain tapis bermotif dasar bergaris dari bahan katun
bersulam benang emas dan kepingan kaca. Di bahunya tersampir
tuguk jung sarat, yaitu selendang sutra bersulam benang emas
dengan motif tumpal dan bunga tanjung.

Selain itu, juga dapat dikenakan selekap balak, yaitu selendang
sutra disulam dengan emas dengan motif pucuk rebung, di tengahnya
bermotifkan siger yang di kelilingi bunga tanjung, bunga cengkeh
dan hiasan berupa ayam jantan.

Untuk memperindah dirinya dipergunakan berbagai asesoris terbuat
dari emas. Selambok/rattai galah, yaitu kalung leher (monte)
berangkai kecil-kecil dilengkapi dengan leontin dari batu permata
yang ikat dengan emas. Kelai pungew, yaitu gelang yang dipakai di
lengan kanan atau kiri, biasanya memiliki bentuk seperti badan ular
(kalai ulai).

Pada jari tengah atau manis diberi cincin (alali) dari emas, perak
atau suasa diberi mata dari permata. Dikenakan pula kalai kukut,
yaitu gelang kaki yang biasanya berbentuk badan ular melingkar serta
dapat dirangkaikan. Kalai kukut ini dipakai sebagai perlengkapan
pakaian masyarakat yang hidup di desa, kecuali saat pergi ke ladang.

Pakaian mewah dipenuhi dengan warna kuning keemasan dapat dijumpai
pada busana yang dikenakan pengantin daerah Lampung. Mulai dari
kepala sampai ke kaki terlihat warna kuning emas.

Di kepala mempelai wanita bertengger siger, yaitu mahkota berbentuk
seperti tanduk dari lempengan kuningan yang ditatah hias bertitik-titik
rangkaian bunga. Siger ini berlekuk ruji tajam berjumlah sembilan
lekukan di depan dan di belakang (siger tarub), yang setiap lekukannya
diberi hiasan bunga cemara dari kuningan (beringin tumbuh).

Puncak siger diberi hiasan serenja bulan, yaitu kembang hias berupa
mahkota berjumlah satu sampai tiga buah. Mahkota kecil ini mempunyai
lengkungan di bagian bawah dan beruji tajam-tajam pada bagian atas
serta berhiaskan bunga. Pada umumnya terbuat dari bahan kuningan yang
ditatah.

Badan mempelai dibungkus dengan sesapur, yaitu baju kurung bewarna
putih atau baju yang tidak berangkai pada sisinya dan di tepi bagian
bawah berhias uang perak yang digantungkan berangkai (rambai ringgit).

Sebagai kainnya dikenakan kain tapis dewo sanow (kain tapis dewasana)
dipakai oleh wanita pada waktu upacara besar (begawi) dari bahan katun
bersulam emas dengan motif tumpal atau pucuk rebung. Kain ini dibuat
beralaskan benang emas, hingga tidak nampak kain dasarnya. Bila kain
dasarnya masih nampak disebut jung sarat.

Jenis tapis dewasana merupakan hasil tenunan sendiri, yang sekarang
sangat jarang dibuat lagi. Pinggang mempelai wanita dilingkari bulu
serti, yaitu ikat pinggang yang terbuat dari kain beludru berlapis
kain merah. Bagian atas ikat pinggang ini dijaitkan kuningan yang
digunting berbentuk bulat dan bertahtakan hiasan berupa bulatan kecil-
kecil.

Di bawah bulu serti dikenakan pending, yaitu ikat pinggang dari uang
ringgitan Belanda dengan gambar ratu Wihelmina di bagian atas.
Pada bagian dada tergantung mulan temanggal, yaitu hiasan dari
kuningan berbentuk seperti tanduk tanpa motif, hanya bertatah dasar.
Kemudian dinar, yaitu uang Arab dari emas diberi peniti digantungkan
pada sesapur, tepatnya di bagian atas perut. Dikenakan pula buah jukum,
yaitu hiasan berbentuk buah-buah kecil di atas kain yang dirangkai
menjadi untaian bunga dengan benang dijadikan kalung panjang.

Biasanya kalung ini dipakai melingkar mulai dari bahu ke bagian perut
sampai ke belakang. Gelang burung, yaitu hiasan dari kuningan berbentuk
burung bersayap yang diikatkan pada lengan kiri dan kanan, tepatnya di
bawah bahu. Di atasnya direkatkan bebe, yaitu sulaman kain halus yang
berlubang-lubang. Sementara gelang kana, terbuat dari kuningan berukir
dan gelang Arab, yang memiliki bentuk sedikit berbeda, dikenakan
bersama-sama di lengan atas dan bawah.

Mempelai laki-laki mengenakan kopiyah mas sebagai mahkota. Bentuknya
bulat ke atas dengan ujung beruji tajam. Bahannya dari kuningan
bertahtakan hiasan karangan bunga. Badannya ditutup dengan sesapur
warna putih berlengan panjang. Dipakai celanou (celana) panjang dengan
warna sama dengan warna baju.

Pada pinggang dibalutkan tapis bersulam benang emas penuh diikat
dengan pending. Bagian dada dilibatkan membentuk silang limar, yaitu
selendang dari sutra disulam benang emas penuh. Lengan dihias dengan
gelang burung dan gelang kana. Perlengkapan lain yang menghiasi badan
sama seperti yang dikenakan oleh mempelai wanita. Kaki kedua mempelai
dibungkus dengan selop beludru warna hitam.

*Rumah Adat

















Rumah tradisional adat Lampung, atau yang sering disebut Nuwo Sesat,
memiliki ciri khas seperti: berbentuk panggung, atap terbuat dari anyaman
ilalang, terbuat dari kayu dikarenakan untuk menghindari serangan hewan
dan lebih kokoh bila terjadi gempa bumi, karena masyarakat lampung telah
mengenal gempa dari zaman dahulu dan lampung terletak di pertemuan
lempeng Asia dan Australia.

*Budaya Lampung

Lampung sebagai sebuah nama sesungguhnya bermakna ambigu.
Namun setidaknya, ada empat nama yang bisa dilekatkan pada
Lampung itu: suku, bahasa, budaya, dan provinsi.

Kalau kita bicara Provinsi Lampung, akan lebih mudah merumuskannya.
Namun, kalau hendak membahas suku, bahasa, dan budaya Lampung,
 maka sungguh sulit. Buku Adat Istiadat Lampung yang disusun
Prof Hilman Hadikusuma dkk (1983), akan terasa sangat minim untuk
memahami Lampung secara kultural.

Sampai saat ini, relatif belum ada yang berhasil memberikan gambaran
yang menyeluruh, sistematis, dan meyakinkan tentang kebudayaan Lampung.
Kebudayaan Lampung miskin telaah, riset, dan studi. Yang paling banyak
lebih berupa klaim atau sebaliknya, malah upaya untuk meniadakan atau
setidaknya mengerdilkan kebudayaan Lampung.

Bahasa-budaya Lampung sesungguhnya tidak sama dan sebangun dengan
Provinsi Lampung. Secara geografis, yang disebutkan sebagai wilayah penutur
bahasa Lampung dan pendukung kebudayaan Lampung itu ada di empat provinsi,
yaitu Lampung sendiri, Sumatera Selatan, Bengkulu, dan Banten.

Ini bisa dilihat dari beberapa pendapat yang membuat kategorisasi masyarakat
adat Lampung. Kategorisasi atau pembagian sebenarnya penting untuk studi
(ilmiah) dan bukannya malah membuat orang Lampung terpecah-pecah.

*Adat Lampung


















Secara garis besar masyarakat adat Lampung terbagi dua, yaitu
masyarakat adat Lampung Pepadun dan masyarakat adat Lampung Sebatin.
Masyarakat beradat Pepadun terdiri dari: Pertama, Abung Siwo Mego
(Unyai, Unyi,Subing, Uban, Anak Tuha, Kunang, Beliyuk, Selagai, Nyerupa).
Masyarakat Abung  mendiami tujuh wilayah adat: Kotabumi, Seputih Timur,
Sukadana, Labuhan Maringgai, Jabung, Gunung Sugih, dan Terbanggi.

Kedua, Mego Pak Tulangbawang (Puyang Umpu, Puyang Bulan, Puyang Aji,
Puyang Tegamoan). Masyarakat Tulangbawang mendiami empat wilayah adat:
Menggala, Mesuji, Panaragan, dan Wiralaga.

Ketiga, Pubian Telu Suku (Minak Patih Tuha atau Suku Manyarakat, Minak
Demang Lanca atau Suku Tambapupus, Minak Handak Hulu atau Suku Bukujadi).
Masyarakat Pubian mendiami delapan wilayah adat: Tanjungkarang, Balau,
Bukujadi, Tegineneng, Seputih Barat, Padang Ratu, Gedungtataan, dan Pugung.

Keempat, Sungkay-WayKanan Buay Lima (Pemuka, Bahuga, Semenguk,
Baradatu, Barasakti, yaitu lima keturunan Raja Tijang Jungur). Masyarakat
Sungkay-WayKanan mendiami sembilan wilayah adat: Negeri Besar,
Ketapang, Pakuan Ratu, Sungkay, Bunga Mayang, Belambangan Umpu,
Baradatu, Bahuga, dan Kasui.

Sedangkan masyarakat beradat Sebatin terdiri dari: Pertama,
Peminggir Paksi Pak (Ratu Tundunan, Ratu Belunguh, Ratu Nyerupa,
Ratu Bejalan di Way). Kedua, Komering- Kayuagung, yang sekarang
termasuk Propinsi Sumatera Selatan. Masyarakat Peminggir mendiami
sebelas wilayah adat: Kalianda, Teluk Betung, Padang Cermin,
Cukuh Balak, Way Lima, Talang Padang, Kota Agung, Semangka,
Belalau, Liwa, dan Ranau. Lampung Sebatin juga dinamai Peminggir
karena mereka berada di pinggir pantai barat dan selatan.
Peta Bahasa-Budaya

Dari kategorisasi itu, terlihat ada Ranau, Komering, dan Kayu
Agung di wilayah Provinsi Sumatera Selatan yang sejatinya orang
Lampung (beretnis Lampung). Di Provinsi Banten ada wilayah
Cikoneng yang beretnis Lampung dan bertutur dengan bahasa
Lampung. Satu lagi, yang agaknya perlu penelitian, di Bengkulu
ada wilayah yang bertutur dengan bahasa Lampung. Mereka menyebut
diri Lampung Bengkulu.

Dengan demikian, peta Provinsi Lampung tidak akan memadai untuk
membicarakan, termasuk memberdayakan dan mengembangkan, bahasa-
budaya Lampung. Untuk bisa melihat Lampung secara utuh dalam
pengertian suku, bahasa, dan budaya yang dibutuhkan adalah peta
bahasa-budaya Lampung. Sebenarnya, tidak perlu membuat yang baru
karena sebenarnya peta dimaksud sudah ada.

Kebudayaan Lampung itu riil, misalnya mewujud dalam tubuh suku
Lampung, sistem kebahasaan, keberaksaraan, adat-istiadat,
kebiasaan, dan sebagainya. Jadi, tidak perlu merasa rendah
diri mengatakan tidak ada kebudayaan Lampung atau kebudayaan
Lampung itu terlalu banyak dipengaruhi oleh kebudayaan lain,
sehingga tidak tampak lagi kebudayaan Lampung itu yang mana.
Yang terjadi adalah selalu ada tendensi untuk meniadakan atau
setidaknya membonsai bahasa-budaya Lampung.

Kalaulah bahasa-budaya Lampung itu relatif tidak dikenal dan sering
 luput dari perbincangan di tingkat nasional; katakanlah di banding dengan
budaya Jawa, Sunda, Minang, Batak, Bugis, Bali, Dayak, dan lain-lain
tidak lain tidak bukan karena relatif belum ada kajian dan ilmuwan yang
mampu membedah kebudayaan Lampung secara lebih komprehensif,
sistematis, dan tentu saja ilmiah.

*Kesenian Melinting 


















Kesenian Melinting merupakan salah satu bentuk seni yang hidup
dan berkembang dalam masyarakat Melinting, Lampung Timur. Awalnya
kesenian ini secara khusus diperuntukkan bagi keluarga Ratu
Melinting dengan hanya dipertunjukkan di lingkungan keratuan,
dimana para pelakunya pun terbatas pada keturunan raja saja.

Namun berbagai perubahan dialami sehingga kemudian menjadi milik
masyarakat secara luas. Tulisan ini secara khusus mengangkat
bentuk penyajian kesenian Melinting serta keberadaan kesenian
ini di dalam masyarakatnya.

Keratuan Melinting masih berdiri hingga saat ini dengan wilayah
kekuasaan meliputi tujuh desa, yaitu Meringai, Tanjung Aji,
Tebing, Wana, Nibung, Pempen, dan Negeri Agung. Masyarakat dari
desa-desa inilah yang kemudian dikenal dengan masyarakat Melinting.

Mereka hidup dalam sebuah sistem budaya atau adat istiadat, dan
memiliki konsep-konsep hidup yang khas. Sebut saja Pi’il, Sakai
Sambayan, Nemui Nyimah, Nengah Nyepur, dan Bejuluk Beadek/Beinai,
lima prinsip hidup yang hingga kini masih dipegang teguh oleh
masyarakat dan tergambar dalam kesenian Melinting.

Kesenian Melinting terdiri dari dua elemen utama, yaitu musik
dan tari, serta didukung oleh sejumlah elemen lain sehingga
menghasilkan sebuah bentuk seni pertunjukan. Ansambel musik dalam
kesenian Melinting adalah gamelan Talo Bala dengan instrumennya yang
terdiri dari kelittang, talo, gindang/gelittang, bende, dan
canang/petuk. Gamelan Talo Bala dalam kesenian Melinting hanya
memainkan tabuh Kedanggung. Untuk elemen tari, ragam gerak dalam
kesenian Melinting dibedakan antara penari putra dan penari putri.

Keberadaan kesenian Melinting terkait erat dengan berbagai dinamika
yang terjadi dalam kehidupan masyarakat. Kekuasaan pemerintah yang
menggeser kekuasaan mutlak Keratuan Melinting turut berperan dalam
pergeseran kesenian Melinting dari kesenian khusus keratuan menjadi
kesenian milik masyarakat.

Dinamika lain terjadi dalam kehidupan sektor pariwisata,
perkembangan dunia pendidikan, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi,
serta migrasi penduduk. Dari hal tersebut tampak bahwa kesenian
Melinting beradaptasi sesuai dengan perubahan yang terjadi
dalam masyarakat.

Faktor lain yang mendukung keberadaan kesenian Melinting adalah
sifatnya yang komunal, fleksibel, dan edukatif. Kesenian Melinting
juga memberikan berbagai kontribusi kepada masyarakat berupa fungsi,
yaitu sebaga  hiburan, identitas masyarakat, media komunika,
penopang integrasi sosial, penjaga kesinambungan budaya, dan
penyelenggaraan kesesuaian dengan norma-norma sosial.

Kesenian Melinting juga merupakan sebuah perwujudan konsep
masyarakat ideal yang menanamkan sikap sopan santun, ramah-tamah,
saling menghormati, gotong royong, dan kebersamaan.Kata kunci:
Masyarakat Melinting, prinsip hidup, dinamika, adaptasi.

*Tarian Jangget (Lampung) 

Cangget sebagai tarian khas orang Lampung Pepadun, jika dicermati,
tidak hanya mengandung nilai estetika (keindahan), sebagaimana yang
tercermin dalam gerakan-gerakan tubuh para penarinya. Akan tetapi,
juga nilai kerukunan dan kesyukuran.

Nilai kerukunan tercermin dalam fungsi tari tersebut yang diantaranya
adalah sebagai ajang berkumpul dan berkenalan baik bagi orang tua,
kaum muda, laki-laki maupun perempuan. Dengan berkumpul dan saling
berkenalan antar warga dalam suatu kampung atau desa untuk merayakan
suatu upacara adat, maka akan terjalin silaturahim antar sesama dan
akhirnya akan menciptakan suatu kerukunan di dalam kampung atau
desa tersebut.

Sumber :
http://indahlampungku.blogspot.com/p/budaya.html
_______________________________

2. Gebyar 3 Putra Batak dalam Sastrawan Lampung
_______________________________

Dapat diketahui lewat link :
http://angkolafacebook.blogspot.com/2013/11/sastra-lampung-gebyar-3-putra-batak.html
_______________________

3. Mak Dawah Mak Dibingi
_______________________

Dapat diketahui lewat link :
http://angkolafacebook.blogspot.com/2013/11/sastra-lampung-sajakl-mak-dakwah.html

______________________

4. Mar boru Lampung
______________________

Dapat diketahui lewat link :
http://angkolafacebook.blogspot.com/2013/11/marboru-lampung-pariban-yang-terabaikan.html


________

5. Penutup
________

Demikian info dasar sekitar Provinsi Lampung. Dengan informasi ini
kiranya para masyarakat Tapsel khususnya lebih mudah dalam beradaftasi
atau berorientasi pada macam pengetahuan wilayah budaya, adat, sastra dan
kesenian Lampung.

Selamat malam dan horas...!

____________________________________________________
Cat :
http://id.wikipedia.org/wiki/Lampung
http://idbelongs.blogspot.com/2013/03/seni-tari-melinting-merupakan-tarian.html
http://kebudayaanindonesia.net/id/culture/1088/suku-lampung
http://bloglampung.blogspot.com/p/seni-dan-budaya.html
http://www.panoramio.com/photo/14210580

PopAds.net - The Best Popunder Adnetwork

No comments:

Post a Comment