Thursday, November 21, 2013

Marboru Lampung : Pariban yang terabaikan dalam sikon yang tak teratasi, serta maen yang menagis tak terobati".



#SELAMAT MALAM PARA KAWAN#
(Menyimak inti pesan lagu Marboru Lampung serta melihat
macam gambaran alasan para putra batak tidak menikah
marboru tulang atau marpariban)
________________________________________________________




















________________

Kata pengantar
________________



Lirik Lagu "Marboru Lampung"
Cipt : T. Limbong

Amang anakkon ku
tung so dingot ho bei
disasudena tonakki
sipangitubumon
naung mabaluaon

Boasama di undukho
sude hatani tulangmi
nadiolohonkho otondiku
naingkot saut ho tu paribanmi

Hape lupa doho amang
da tuparibanmi
napaima-imahonko
dungkon ditanda homai
boru ni lampung
partanjungkarangi

Dangtaralusi au amang
sukun-sukkun ni tulangmi

tungsoboibedatarapusiau ilu ni da maenki
tudaima amang baenonku bohinkon
nungamaila au alaini pangalahomon
amang otondikku...


* Untuk anda orang Lampung (Cewe Lampung)

Penulis memberitahu, bahwa kami putra batak telah memasukkan
"Putra batak yang menikah dengan kalian putri lampung" dalam
karya seni musik Batak.

Karya seni ini berjudul "Marboru Lampung" yang hampir sama
maknanya dengan "Menikah sama cewe Lampung".

Pernikahan ini dalam adat dan budaya batak bukanlah sesuatu
yang dilarang, tapi juga tidak terlalu dianjurkan.

Mengacu pada ajaran adat dan budaya batak, "Ada sejenis saran
atau anjuran agar putra batak itu menikah dengan borutulangnya
atau paribannya".

Sekali lagi para cewe lampung...! Hanya sejenis anjuran atau
saran, bukan ketetapan, keharusan atau keputusan.

Karena adanya ajaran budaya tersebut yang memang sudah terbawa-
bawa sejak kecil, maka tak jarang pula "Cewe batak itupun
menjadi ingin menikah dengan anak namborunya".

Nah...nah...nah....para cewe Lampung, baik sudah berkeluarga
sama putra batak, maupun yang sedang dalam proses penjajakan,
penulis memberitahu :

- Lagu batak dengan judul "Marboru Lampung" adalah lagu dengan
  inti pesan, "Seorang putra Batak telah memilih kalian jadi
  pasangan hidupnya, sementara pada saat yang sama "Seorang
  borutulang (Cewe Batak) justru berharap agar putra batak
  yang menikah dengan kalian itu menikah sama beliau. Dan
  pernikahan ini juga sangat di inginkan oleh ibu dari putra
  batak tersebut.

- Karena keinginan sang borutulang tidak tercapai, maka sang
  ibu putra batak itupun sedikit kecewa dan hal ini bisa saja
  kita maklumi karena dekatnya hubungan antara ibu si putra
  batak dengan ayah si borutulang tersebut.

- Karena itu, menurut hemat penulis lagu "Marboru Lampung" ini
  mengingatkan pada kalian agar sudi kiranya bertanya pada
  putra batak apakah beliau "Marborutulang atau tidak dan
  bagaimana hubungan keduanya". Hal ini menjadi penting
  mengingat "Masih banyaknya orang-orang batak yang mengingkan
  pernikahan marpariban ini.

- Semoga anda, khsusnya para putri Lampung atau cewe Lampung
  memperoleh sesuatu yang memberi manfaat positif dari
  postingan ini.

* Untuk anda orang batak

Saya bisa bilang apa...? Jikalah ada diantara orang batak yang
melakukan seperti apa yang terdengar pada lagu "Marboru Lampung"
mungkin putra batak yang dimaksud "Tidaklah terlalu bijaksana"
bagaimana mungkin, "Pada saat anda sedang menjadi raja di
kerajaan Lampung, justru anda sedang menyakiti seorang boru ni
raja di kerajaan anda sendiri".

Apakah kerajan orang lain lebih berarti bagi anda dari pada
kerajaan sendiri...?. Boru ni raja telah disediakan untuk
untuk anda, malah anda cari boru ni halak. "Hujan mas di
negeri orang, hujan batu di negeri sendiri, enakan negeri
sendiri". bukannya begitu anggia...?






















"Sungguh para putra batak perantau ini susah untuk dimengerti
apa maunya". Dikasih yang enak, malah dia cari yang tidak
enak,  dikasih yang tidak enak...! eh...malah dia kabur cari
yang enak-enak...!

Ya...sudahlah...!
Marsatarimo bagian nabe hita, ulang manyosal. Botima...!
(Terima nasib masing-masing dan jangan menyesal. Begitu...!)

Sungkat kata...!

Mari sama-sama kita panotnoti (lihat) postingan ini. Dan
Selamat menyimak...!
_________________________________________

Pengertian Marpariban dalam budaya Batak
_________________________________________

Banyak orang yang telah mengenal istilah “pariban” yang
dipakai oleh orang batak. Hal ini banyak dibicarakan karena
berhubungan dengan adat, silsilah, dan juga kepribadian
dari orang batak.

Banyak orang menganggap fenomena “pariban” sebagai sebuah
istilah kuno-nya orang batak yang secara langsung tidak lagi
dapat dipraktekkan untuk saat ini.

Beberapa di antaranya mengetahui, entah dari mana, bahwa
pariban merupakan warisan perjodohan kuno orang batak yang
unik dan terkadang tampak tidak rasional lagi untuk saat ini.

Berikut saya akan menjelaskan makna dari “pariban” itu sesuai
dengan pemahaman saya.

Pariban secara singkat merupakan sebutan untuk sepupu yang konon
di adat Batak sangat dianjurkan untuk dijadikan keluarga atau
dikawini. Bagaimana hal ini dapat terjadi? Sesungguhnya ada
alasan yang sangat rasional bagaimana dahulu para leluhur
orang Batak menetapkan hal ini. Sebaiknya simak penjelasan saya.

Setiap orang batak biasanya memiliki marga yang diturunkan dari
Ayah/ Bapak. Seorang anak laki-laki akan disebut marga Sinaga
karena Bapaknya Marga Sinaga. Dan seorang perempuan akan disebut
Boru Sinaga yang diturunkan dari bapaknya juga.

Misalnya:
Sahat Sinaga menikah dengan Linda Boru Sitorus
Linda Boru Sitorus memiliki kakak laki-laki bernama Rudi Sitorus
yang kemudian menikah dengan Rita Boru Gultom

Kemudian Sahat dan Linda melahirkan anak laki laki bernama Joan
Sinaga. Demikian juga dengan Linda dan Rudi melahirkan anak
perempuan bernama Mira Sitorus.

Kedua anak tersebutlah yang konon sering sekali dianjurkan untuk
menikah dengan tujuan untuk mengikat kembali tali keluarga dari
kedua marga tersebut: Sinaga dan Sitorus. Coba perhatikan kembali:
Sahat Sinaga dan Linda Sitorus diteruskan oleh keturunannya Joan
Sinaga dan Mira Sitorus.

Ketika pertama kali saya memperhatikan dan diam-diam
mempelajari adat “pariban” yang banyak dibicarakan oleh
orang batak ini, saya sangat kagum. “I’ts genius!”. Dua
keluarga disatukan kembali.

Adapun hal tersebut sangat didukung oleh para orang batak
terdahulu. Adalah merupakan sebuah prestasi jika seseorang
akan menikahi paribannya. Hal tersebut juga merupakan kebanggan
tersendiri bagi keluarga. Dahulu, sering sekali terjadi seorang
Linda Sitorus akan pergi ke rumah ito-nya (kakak laki-lakinya),
Rudi Sitorus, mangalap (melamar) putri ito nya tersebut untuk
dijadikan menantu. Wow…

Dengan adanya perkembangan Zaman dengan masuknya pengaruh
globalisasi dan agama, fenomena perjodohan ala “pariban” ini
banyak pendapat respon yang berbeda-beda.

Kini, para kaula muda dengan sah-sah saja akan mengklaim
seseorang sebagai paribannya dengan mempelajari persamaan
marga seperti yang telah saya jelaskan tadi. Seorang pemuda
biasanya akan mencari wanita yang sama “marga”nya dengan ibunya
yang kemudian disebut sebagai boru tulang/ putri tulang.
(*tulang: kakak/adik laki-laki dari ibu, sebagaimana seorang
Joan Sinaga memanggil Rudi Sitorus)

Hal ini banyak ditemukan di kalangan pemuda-pemuda batak yang
tersebar luas. Banyak hal menarik yang terjadi dengan fenomena
“pariban” ini, terutama bagi para perantau (seperti saya,hahahaha).

Ketika sepasang orang batak berkenalan, tentu akan bertanya marga
dahulu. Jika marganya sama, sebaiknya jangan saling menyukai
karena merupakan aib jika menikahi semarga sendiri. Hal tersebut
dianggap sama saja seperti seorang kakak yang menikahi adik
perempuannya sendiri.

Jika memang marganya tidak sama, kemudian akan langsung menanyakan
marga ibunya. Karena dengan mengetahui marga ibulah, maka akan
diketahui apakah istilah “pariban” tersebut berlaku pada keduanya
atau tidak. Jika tidak, hal tersebut tidak akan menjadi masalah.
Namun jika ya, hal tersebut merupakan berkah untuk ke langkah
pendekatan selanjutnya. hahhaha.

Kebanyakan agama tentu saja menunjukkan sikap kritis terhadap
perjodohan ala “pariban” di kalangan orang Batak. Sebab,
bagaimanapun juga, sepasang laki-laki dan perempuan yang
merupakan pariban kandung masih memiliki ikatan darah yang
sangat dekat.

Hal tersebut kemudian kembali lagi kepada pihak yang bersangkutan.
Toh, dari dulu hingga sekarang, tidak ada yang mengharuskan
seorang laki-laki harus menikahi paribannya. Perjodohan
tersebut bukanlah hal yang sangat mutlak.

Hal-hal yang mendasar tentang pariban telah dijelaskan.
Namun, saya akan memberitahu beberapa hal lain yang masih
berkaitan dengan “pariban”

1. bagi orang batak, ada hubungan marga yang telah digariskan
sejak dulu. Namun, tidak semua marga memiliki hubungan mutlak
ini. Misalnya; marga saya sendiri, parhusip, memiliki hubungan
yang unik dengan Panjaitan. Hubungan tersebut malah dianggap
sakral terutama bagi marga parhusip. Bagaimanapun juga seorang
parhusip akan memanggil tulang terhadap seorang laki-laki yang
bermarga panjaitan. (*tulang=telah dijelaskan di atas. Di tulisan
lain, saya akan mengulas bagaimana sikap dalam ber-tulang).

Hal ini dilatarbelakangi oleh adanya kepercayaan bahwa pada awalnya
marga parhusip itu lahir dari rahim seorang Boru Panjaitan. Nah,
dengan demikian seorang laki-laki parhusip secara otomatis akan
berpariban dengan seorang perempuan boru panjaitan.
Did you get it? pariban-ku= boru tulang-ku

2. pariban, selain dikenal sebagai sistem perjodohan yang unik
dan menarik, juga dipakai oleh orang batak dalam hubungan
kekeluargaan dengan posisi-posisi tertentu. Jika sebuah keluarga
terdiri dari beberapa anak perempuan yang kemudian menikah dengan
jodoh masing-masing dengan marga yang berbeda-beda, hubungan
keluarga-keluarga mereka kemudian kerap disebut na-mar-pariban.
Biasanya hubungan keluarga-keluarga yang demikian sangat akrab
dan dekat satu sama lain karena dianggap sejajar. Walaupun dalam
prakteknya nanti, tetap masih ada tingkatan, di mana keluarga
putri tertua dianggap lebih dihormati oleh keluarga adik-adiknya.

Dapatkah anda mengerti tetang “pariban” yang saya ulas di atas.
Apakah sedikit rumit? Jika ya, bacalah lagi hingga anda akan
mengerti dan dengan mudah mengucapkan satu huruf, “Ooooo!!!”
Saya rasa untuk mengerti hal ini sangatlah mudah. Demikianlah
yang dapat saya bagi tentang “pariban” di dalam adat Batak.

Selanjutnya jika ada pelajaran baru yang berhubungan dengan
pariban, secepatnya saya akan membenahi tulisan ini.
Terimakasih sudah membaca.
http://rianfalam.wordpress.com/2011/02/05/tentang-pariban/
______________

ARTI PARIBAN DI HALAK BATAK :
Di dalam budaya batak ada hubungan ber-pariban. Pariban itu
sebenarnya sepupu. Yang artinya anak lelaki dari Namboru dan
anak perempuan dari Tulang dapat dipasangkan/dinikahkan.

Namboru itu sendiri adalah adik/kakak dari ayah kita. Dan
Tulang itu adalah adik/abang dari Ibu kita. Dalam arti kita
menikah dengan keluarga(sepupu) sendiri. Namun dalam hukum
adat itu diperbolehkan.

Orang batak juga tidak hanya dapat menemukan istilah pariban hanya
dalam hubungan keluarganya saja. Tetapi melalui partuturan
(menentukan hubungan kekerabatan melalui marga).

Partuturan ber-pariban itu sendiri sebenarnya berpatokan pada
marga Ayah si wanita dengan marga Ibu si pria yang harus sama.
Sehingga walau pun tidak satu Ibu tetapi sama marga itu sudah
termasuk saudara dalam partuturan Batak. Sehingga anak-anak mereka
di-partuturkan menjadi sepupu dan bisa juga di-pariban kan.

Seperti yang kita tahu suku batak menganut garis keturunan yang
Patrilineal. Jadi bagi pria tidak perlulah dia capek-capek mencari
tahu dan kemudian mencocokkan marga calon mertuanya dengan marga
Ibunya (Jika sama! Pariban). Cukup hanya menanyakan marga dari
si wanita. Jika marga si wanita sama dengan marga Ibunya maka
itu Pariban.

Sebuah percakapan yang sering terjadi jika seorang pria
batak melakukan pendekatan pada wanita batak.

https://www.facebook.com/permalink.php?id=414528905271468&story_
fbid=435384613185897
_________

Pariban adalah saudara sepupu. Seorang anak laki-laki memanggil
“pariban” kepada anak perempuan dari Tulang (Tulang = paman,
saudara laki-laki ibu), sebaliknya seorang perempuan menyebut
“pariban” kepada anak laki-laki dari Namboru-nya (Namboru = saudara
perempuan ayah baik kakak maupun adik perempuan ayah).

Untuk saudara sepupu yang bukan pariban dipanggil "Ito" atau "Iboto",
yaitu:

Saudara sepupu seorang laki-laki, yakni anak perempuan dari saudara
laki-laki Ayah (Amangtua/Bapak Tua/Pak De atau Amang Uda/Uda/Bapa Uda
/Pak Lik), atau saudara sepupu seorang perempuan, yakni  anak laki-laki
dari Amangtua atau Amanguda.  Hubungan sepupu seperti ini masih sedarah
atau semarga;

Saudara sepupu perempuan seorang laki-laki dari keturunan saudara
perempuan Ibu atau saudara sepupu laki-laki seorang perempuan dari
keturunan saudara perempuan Ibu.

Jadi, pariban merupakan sepupu yang dapat dinikahi (na boi dioli).
Menikah (mangoli) dengan pariban selaku putri dari pamannya (boru ni
Tulang/boru Tulang) merupakan perkawinan ideal menurut adat Batak.

Isitilahnya beristrikan putri paman (marboru ni tulang/mangalap boru
ni tulang). Jika seorang kemenakan (bere) akan menikah tidak dengan
paribannya, ia menghadap dan menyampaikan permohonan “maaf” kepada
Tulang secara santun dan arif untuk mendapatkan pengertian dan
selanjutnya meminta doa restu dari Tulang-nya.

Dalam kebiasaan suku Batak, umumnya seorang Tulang sangat sayang dan
perhatian kepada bere-nya, bahkan bisa melebihi kepada anak kandungnya
sendiri. Tulang bebas memerintah/menyuruh berenya mengerjakan sesuatu,
sebaliknya Tulang akan sulit menolak permintaan berenya.

Bere bahkan lebih bermanja-manja kepada Tulangnya dibanding kepada
orangtuanya, oleh karena itu bere akan berusaha untuk mengambil
hati Tulang. Mengapa? Akan dibahas kemudian.

Pada pergelaran pesta adat, golongan “Pariban” merupakan kelompok
putri (beserta suaminya dan putra) dari  pihak Hula-hula.
http://haposanbakara.blogspot.com/2012/02/pariban.html
_____________________________________________

Ilustrasi macam alasan gagalnya putra batak
marpariban (Marboru tulang)
_____________________________________________






















Para putra batak...!

Kan udaku bilang sama kalian, boru apapun boleh kalian ambil,
boleh kalian cintai, boleh kalian sayangi, Boru Padang,  Boru Sunda,
Boru Dayak atau Boru Lampung

Tapi janganla pula kalian ambil boru-boru sileban itu, sementara
borutulang kalian sendiri, pariban kalian sendiri, kalian sakiti.

Tengokla itu tengok, kalian perbuat apa, kalian bilang apa sama
borutulang kalian itu hingga beliau menangis, padahal begitu
baiknya dia sama bounya.


Bagimana dengan kalian para putra batak lainnya, baik yang
tinggal di tano hatubuan maupun tano pangarottaon, "sudikah
kalian memberikan alasan mengapa kalian tidak menikah dengan
borutulang kalian, adakah penyesalan diantara kalian, atau
biasa-biasa ajanya, "Sudah tak jodoh" bigitu saja...?

Jika sudi...!

Melaporlah dulu kalian, siapa tahu laporan pengalaman hidup
kalian ini memberi manfaat positif bagi para generasi putra
batak lainnya dalam menentukan pilihan pasangan hidup,
"menikah  marpariban atau tidak...?"























1. Bayo Lubis

Saya bayo Lubis melaporkan, yang menjadi alasan saya tidak
menikah sama borutulang saya karena waktu itu borutulang
saya "Menek Dope". Saya sudah 27 tahun sedangkan borutulang
saya baru 7 tahun. Jadi, sungguh tidak mungkin saya menunggu.
Begitu saja.

2. Bayo Napitupulu

Kalau saya bayo Napitupulu, bukannya saya tidak mau menikah
sama borutulang saya, tapi beliau yang tidak mau sama saya,
karena saya waktu itu pengangguran.

Tapi itu dulu...!

Sekarang...! Saya sudah setinggkat dengan orang-orang
hebat itu. Hp saya aja 3, BB lagi semua.

3. Bayo Simbolon 

Wei Napit...!
Punya Hp 3 aja kau sudah hebat kau rasa, aku mobilku banyak,
rumah real estate, harta berlimpah, orang-rang memangilku
bos eksekutif, tapi biasa-biasa aja kurasa.

Mengapa biasa-biasa aja...?

Dulu waktu saya pulang kampung, saya bawala mobil saya ini
dua, maksudnya untuk menunjukkan sama borutulang saya itu
bahwa saya sudah berhasil, karena itu saya yakin, "Kalau
borutulang saya itu mau menikah sama saya "Masa depannya
cerah...!"

Tapi apa kenyataanya...!

JUstru dia lebih memilih si Borkat, padahal si Borkat bisanya
cuma kiper di PSP (Parsatuan Sepak Bola Parsabolas). Itula
sebabnya mengapa saya tidak jadi marpariban.

4. Bayo Nasution

Macam mana la aku melaporlannya ya...! Aku bayo Suti ini kalau
mengingat borutulang, sedih kali kurasa. Dari sejak kecil
kami selalu bersama-sama, sekolah juga begitu, ibu saya pun
sungguh sayang sama dia, saya juga begitu.

Banyak bangat sudah saudara menyarankan kami kalau sudah
besar menikah. Dan kami berdua setiap mendengarnya selalu
tersenyum, meskikadang borutulang saya itu sedikit malu-
malu.

Dan setelah kami besar, 3 hari sebelum pesta pernikahan kami
dilaksanakan, tiba-tiba saja borutulang saya itu sakit. Dan
Allah Swt maha kuasa, "innalillahi wainnailahirojiun" Boru
tulang saya itu berpulang ke ramatulloh. Dan itulah sebabnya
mengapa saya menikah tidak marborutulang.

5. Bayo Regar

Waduh...! aku sebenarnya malas kali melapor ini, tapi dibilang
pula mau dilaporkan. Okela kalau begitu...!

Aku sebenarnya "Manusia penuh penyesalannya aku ini". Dulu aku
dabo tak terkendali, judi mau, minum-minum juga oke, mau juga
makkalbis, sekolah juga entah bagaimana.

Jadi suatu saat kubilangla sama ibuku, bahwa aku ingin menikah
sama borutulang, tapi apa jawabannnya, "Jangan mang...jangan...
jangan kau menikah sama maenku itu, nanti sengsara hidupnya kau
buat, aku yang malu...robahla dulu parangemu itu...!" masama
nabilang begitu narohamu sama aku.

Akupun kujawabla, "Memang borutulang aja boru-boru di dunia ini,
tak mau kalian tak usah, banyak boru-boru di duia ini" begitu
kata hatikuba. Dan itula sebabnya mengapa aku tak marborutulang.

6. Bayo Sitanggang

Aku tak ada melapor-lapor sama aku. Ibuku cuma boru sisadanya,
tidak punya iboto, jadi tak ada borutulangku yang dekat.Kalaupun
ada borutulang jauhnya. Yang namanya jauh tetap terasa jauh.
Bagaimana mungkin, awa aja lahir dan besar di Jerman, borutulang
awa di Rura Silindung, kapan ketemunya. Yang penting sehat aja
mereka semua, begitu sajalah.

7. Bayo Siahaan

Laporanku mengapa tak marborutulang, karena semua borutulangku
orang-orang pintar, cantik dan hebat, mereka sukanya "Keju"
sedangkan saya sukanya singkong. Jadi sungguh takmungkinlah
aku bisa marborutulang.

Minder aku sama mereka...! dan itula sebabnya kenapa saya tak
marborutulang, "kenapa rupanya...?"

Yah ngak apa-apa, jangan marah dong...! Makanya hidup ini
perlu kerja keras, agar awa dapat mengimbangi borutulang
awa, "Ngak malu apa dibayarin terus sama borutulannya...!"

6. Bayo Si Naga

Aku laporanku macam manala...! Sayang kali aku sebenarnya sama
borutulangku itu, dia juga begitu sama aku. Pokoknya holong
marbalos holong la kami. Tapi itu Nantulang entah apala yang
ada dipikirannya, masala borunya katanya harus menikah sama
"Pegawai Negeri" baru dia suka.

Awa memang bukanlah pegawai negeri, tapikan sudah jadi toke
lasiak. Tahu sendirikan kalian berapa, toke lasiak sekali
manulak...?

Ibu saya juga begitu...! Karena merasa anaknya sudah jadi
toke lasiak, mau dicarikanya pula la saya cewe atau calon
maen  anggota dewan. Manala mungkin, anggota dewan mau
sama toke lasiak...!

Alhasil..! akupun menikah sama boru lampung itu ala kadarnya
ajanya. Sedangkan borutulangku itu sampe sekarang tak mau
menikah. Makanya aku setuju juga sama lagu :

O Nantulang, ahade bere
diau borumi, diho da tusi
sadia maharna, saringgit petusi

Nattulang nattuling
siloppa huling-huling
najuguk di tataring
parumaen ni........

Gagal pula awa menikah sama borutulang awa, gara-gara
nantulang yang mata duitan, katanya  maharnya seringgit
ngak taunya selangit.

Nantulang...gggg....! Mengapa begitu nantulang...gggg....
menderita sudah hidupku gara-gara nantulang. Ingat Nantulang
borutu langku itu ada bukan untuk diperdagangkan, tapi untuk
dibahagiakan...nnnnn.....

*Bayo Saragih

Aku laporanku tak terlaporkanba...! Lupa benar aku sama boru
tulangku itu sejak aku merantau ke Sulawesi ini. Sepertinya
jauhnya jarak dan rendahnya intensitas pertemuan sama boru
tulang itu menyebabkan saya lupa padanya.

Itula mungkin sebabnya mengapa saya tidak marboru tulang,
begitupun setiap saya teringat, saya selalu berharap dan
berdo'a agar siapapun  yang menjadi jodohnya, sai  dapat
nian membahagiakannya.

*Bayo Gultom




__________

Penutup
__________

* Tentang lagu "Marboru Lampung"

1. Lagu "Marboru Lampung" adalah lagu "ingat-ingat" kepada para
   putra batak agar jangan menyakiti borutulangnya jika memilih
   pasangan boru sileban (Boru diluar boru batak), apalagi dengan
   memberi janji-janji untuk menikahinya.

2. Sama persefsi bagi masyarakat batak tentang apa artinya boru
   tulang, apa artinya bou, apa artinya iboto dan apa artinya
   maen mengingatkan juga pada putra batak agar masalah memilih
   pasangan hidup harus hati-hati. Jangan kiranya maksud hati
   untuk mempererat persaudaraan, ngak taunya perbuatan telah
   merenggangkan persaudaraan

* Tentang Macam Alasan putra batak tidak marboru tulang

1. Berdasarkan pengajaran adat dan budaya batak, sungguh alasan
   yang logis, jika seorang putra batak ingin menikah dengan
   borutulangnnya, begitu juga dengan sebaliknya, seorang
   putri batak ingin menikah dengan anak namborunya.

2. Alasan budaya dan adat batak yang dianjurkan untuk menikah
   marpariban ini kadang menjadi tak bisa direalisasikan karena
   banyaknya faktor yang mempengaruhi si anak namboru dan si
   borutulang dalam memilih pasangan hidupnya.

3. Situasi dan kondisi seorang putra batak umumnya yang tinggal
   di tanah perantauan akan lebih mempengaruhinya dalam memilih
   pasangan hidupnya dibandingkan dengan pengajaran  budaya
   dan adat batak itu sendiri

4. Tiadanya jaminan seorang putra batak yang menikah dengan
   borutulangnya akan lebih bahagia daripada menikah dengan
   boru sileban menyebabkan banyak putra batak berpikir
   "Marboru hita" bukanlah sesuatu yang penting-penting
   bangat atau banget.

5. Meski tiada jaminan fakta lapangan berkata mereka yang
   menikah marpariban atau marboru hita akan lebih mudah
   mengatasi persoalan-persoalan hidup karena masih
   berfungsinya "Dalihan Natolu" sebagai sulu di nagolap
   panorang dalan aso tarida serta tukkot dinalandit, aso
   ulang batting sangape tarcicilat.






















6. Bagi anda yang sudah memilih pasangan hidup "Marboru
   Lampung", maka tetaplah bahagia karena boru apapun juga
   tetapnya boru tulang menurut pengajaran budaya dan adat
   batak itu.

   Nang pe diungkup bere lubangi
   sai tong doi marlubang-lubang
   manang boru ahape dibuat berei
   sai tong doi boru ni tulang

   Angkola facebook.blogspot.com, mengucapkan :

   "Selamat menempuh hidup baru, bagi anda yang telah memilih
   pasangan hidup "Marboru Lampung", Semoga kebahagian hidup
   berkeluarga selalu bersama anda. Botima anggia...!






















7. Dan sebagai penutup untuk anda :

-  Para borutulang yang "Jiwanya terguncang" karena ajaran budaya batak pada
   pernikah marpariban

- Para borutulang yang "Merasa Tersakiti" atas perbuatan anak namborunya yang
  memang suka menyakiti

- Para boru tulang yang telah menjadi "Korban Perasaan" atas kehendak
  orang tuanya pada pernikahan marpariban

- Pendek kata, pada "semua barisan sakit hati" tanah batak

Sebuah lagu dengan judul "Siose Padan" Cipt. Tilhang Gultom.
"Damaikan hati anda" Tetaplah sehat semangat dan horas...!

















______________________________________________________
Cat :

Marboru Sunda :
http://angkolafacebook.blogspot.com/2013/06/antara-tapanuli-selatan-dengan-bogor.html

Marboru Padang :
http://angkolafacebook.blogspot.com/2013/06/memadukan-systim-kekerabatan.html

Marboru Dayak :
http://angkolafacebook.blogspot.com/2013/08/mar-boru-dayak-sian-kalimantan-mar-bayo.html

Marboru Lampung :
http://angkolafacebook.blogspot.com/2013/11/marboru-lampung-pariban-yang-terabaikan.html

Marboru Jawa :
http://angkolafacebook.blogspot.com/2013/11/marboru-jawa-romatisme-gadis-jawa-dalam.html

Marboru Batak :
http://angkolafacebook.blogspot.com/2013/11/marboru-batak-boru-ni-raja-namalo.html 

PopAds.net - The Best Popunder Adnetwork

2 comments:

  1. terima kasih kak atas penjelasan lagu Marboru Lampung, komplit sekali

    ReplyDelete