Saturday, April 19, 2014

Genjer Tanah Batak : Simbol Kemiskinan di Suatu Masa


#SELAMAT MALAM PARA KAWAN#
(Menyimak kemiskinan Nusantara khsusnya tanah batak
lewat kisah genjer dan genjer-genjer pada masa Penjajahan
Jepang dan Partai Komunis Indonesia/PKI)
_______________________________________________________






























__________

Pengantar
__________

Genjer adalah sumber sayuran "orang miskin", yang dimakan orang
desa apabila tidak ada sayuran lain yang dapat dipanen. Dalam bahasa
internasional dikenal sebagai limnocharis, sawah-flower rush, 
sawah-lettuce, velvetleaf, yellow bur-head, atau cebolla de 
chucho. Nama "paku rawan" agak menyesatkan karena genjer sama
sekali bukan anggota tumbuhan paku.

Demikian wikipedia berbahasa Indonesia mengartikan genjer lewat
alamat :
http://id.wikipedia.org/wiki/Genjer

Para pembaca angkolafacebook.blogspot.com dimanapun membaca saat
ini khususnya orang batak atau halak hita, "Benarkah genjer tanah
batak masa lampau adalah gambaran kemiskinan seperti apa yang di
sampaikan oleh wikipedia tersebut...?.

Silakan anda pembaca menilainya lewat uraian penulis pada sub-sub
judul dibawah ini. Senang jika anda hanya menilai pada dua
alternatif pilahan yaitu "benar" genjer adalah gambaran kemiskinan
khsusnya tanah batak dan umumnya Nusantara pada suatu masa atau
"tidak benar" genjer adalah gambaran kemiskinan.

Selamat menilai...!

___________

Pengertian
___________

Genjer (dibaca gènjèr) atau paku rawan (Limnocharis flava) adalah
sejenis tumbuhan rawa yang banyak dijumpai di sawah atau perairan
dangkal. Biasanya ditemukan bersama-sama dengan eceng gondok.

Genjer adalah sumber sayuran "orang miskin", yang dimakan orang 
desa apabila tidak ada sayuran lain yang dapat dipanen. Dalam bahasa
internasional dikenal sebagai limnocharis, sawah-flower rush,
sawah-lettuce, velvetleaf, yellow bur-head, atau cebolla de
chucho. Nama "paku rawan" agak menyesatkan karena genjer sama
sekali bukan anggota tumbuhan paku.

Terna tahunan yang dapat mencapai tinggi setengah meter ini mudah
ditemukan di perairan dangkal seperti sawah atau rawa; rimpang tebal
dan tegak, terbenam dalam lumpur; daun tegak atau miring, tidak
mengapung (berbeda dari eceng gondok), tangkainya panjang dan
berlubang, helainya bervariasi bentuknya; mahkota bunga berwarna
kuning dengan diameter 1.5cm, kelopak bunga hijau.

Tumbuhan ini dapat menjadi gulma sawah yang serius jika tidak
ditangani segera. Pemanfaatannya dapat membantu mengendalikan
populasinya. Walaupun biasanya tidak intensif dibudidayakan,
perbanyakan dapat dilakukan secara vegetatif walaupun bijinya
pun dapat ditanam. Tumbuhan ini berbunga sepanjang tahun.

Perannya sebagai makanan rakyat miskin digambarkan dalam lagu
populer berbahasa Osing yang diciptakan oleh seniman asal
Banyuwangi, Muhammad Arief, pada tahun 1940-an, Genjer-genjer.

Sumber :
http://id.wikipedia.org/wiki/Genjer
_______________________________________________

Genjer tanah batak (Thn 60-an akhir da 70-an) 
di mata penulis
_______________________________________________

Al kisah :

- Hujan gerimis pada saat itu sedang turun, mataharipun sudah
  kembali ketempat persembunyiaannya sementara suara burung
  pitcala (burung yang suaranya memilukan-pen) sedang melintas
  bergantian dari sebuah desa dan seorang ibu terlihat sedang
  menjujung genjer untuk dibawa kerumah sepulang dari sawah.

- Seorang ibu bersama anak prempuannya tiba-tiba saja terlihat
  dari jalan raya ditengah sawah sedang asyiknya mengambil
  genjer yang mungkin saja jadi sayur untuk dimakan malam itu.

- Seorang anak perempuan dengan sedikit tatapan mata sayu sedang
  duduk termenung di depan tempat sayur genjer jualannya di salah
  satu pasar di tanah batak.

Adalah sebagian dari kisah-kisah hidup penulis yang masih dapat
terbayang sampai saat ini tentang kedaan tanah batak khsusnya di
tahun 60-an dan 70-an.

Saat itu tentu peristiwa tersebut adalah hal yang biasa dimata
penulis. Tak ada yang dapat penulis tafsir dengan genjer, bagi
penulis genjer adalah sayur yang sama halnya dengan daun singkong
atau daun sawi atau kol. Siapa saja yang suka yah boleh memakannya
dan cukup banyak tersedia di tanah batak.

Tapi waktupun berlalu, usia bertambah, pengalaman masa lalu
ternyata tak bisa dibuat semua berlalu. Dan salah satunya adalah
kisah genjer batak di atas.

Dalam penilaian sekarang ini (2014), penulis berpikir dan
berpendapat :

- Genjer hanyalah salah satu tumbuhan yang dapat dibuat jadi sayur
  di tanah batak, tumbuhan lainnya masih banyak yang jadi pilihan.

- Daun singkong atau gadong, daun sawi atau jipang, atau kol atau
  yang lainnya dapat dipilih. Tapi yang namanya pilihan dalam
  hubungannya dengan usaha diladang tak bisa selalu memilih.
  Singkong yang seharusnya jadi sayur ternyata tak dapat dipanen
  karena telah dimusnahkan babi, begitupun sawi atau kol, sebelum
  menjadi pilihan ternyata harus busuk sebelum dapat di panen.
  Dan lain-lain yang mungkin jika anda pembaca bukanlah anak petani
  atau petani tidak akan terlalu paham mengenai hal ini.

- Singkat kata, "Genjer adalah pilihan akhir itu". ketika sayur
  lainnya ditanah batak sudah tak tersedia.

- Genjer adalah pilihan akhir yang sesungguhnya dari rasa dapat
  dikatakan tidak terlalu enak jadi sayur. Tapi yah dimakan juga.
  Getahnya yang kecoklat-coklatan tak jarang pula membuat sayur
  ini ketika dimasak tidak terlalu menimbulkan selera, tentunya
  dengan perkecualian

Penutup kalimat....!

Genjer tanah batak masalalu adalah gambaran kemiskinan masa lalu
juga yang mungkin terpaksa terjadi atau harus dialami orang-orang
dahulu karena adanya pula peristiwa masalalu yang memaksa orang-
orang Nusantara khususnya tanah batak memakan genjer ini.

Dan peristiwa ini akan semakin jelas jika kita menyimak video
musik dengan judul "Genjer-genjer" di bawah ini yang menurut hemat
peulis adalah gambaran umum masyarakat Nusantara pada masa itu,
tak terkecuali tanah batak dibawah tahun 70-an.

Selamat mendengarkan...!










Lirik lagu "Genjer-genjer"























Terjemahan Bebas Bahasa Batak
 Angkolanya :

Genjer-genjer bahat disaba
genjer-genjer bahat di saba
uma ni dakdanak khe mancabuti genjer
uma ni dakdanak khe mancabuti genjer
dapot ia sahadangan nanggi mangaligin be ia tu bolakang
genjer-genjer di boan ia mulak

Genjer-genjer manyogot-nyogot di gadis ia di pasar
Genjer-genjer manyogot-nyogot di gadis ia di pasar
dipabaris ia dohot di ikat
uma nisi butet manabusi genjer sambil maroban hadangan
genjer-genjeron ma nagot loppan sannari

Genjer-genjer ipamasuk tu hudon aek nama gura
Genjer-genjer ipamasuk tu hudon aek nama gura
nung satonga masak ipatirisma got baenon gule
nung satonga masak ipatirisma got baenon gule
indahan sapinggan utte di tuktuk diginjang tataring
genjer-genjer dipanganma rap dohot indahan

Pendapat penulis :

Memang benar-benar syair lagu ini menyayat kalbu
termasuk dalam terjemahan bahasa batak angkola.
(Sungguh sindiran bergaya halus).

Lagu ini pada saat penulis masih kecil tidak pernah
mendengarnya di tanah batak, namun orang tua penulis
dan orang-orang tua lainnya ditanah batak cukup sering
bercerita betapa sakitnya pada masa penjajahan Jepang 
dan pada masa Partai Komunis Indonesia-pen.

___________________________________

Ulusan pada lagu "Genjer-genjer"
___________________________________






















"Genjer-genjer" adalah lagu populer berbahasa Osing yang 
diciptakan oleh seniman asal Banyuwangi, Muhammad Arief, 
pada tahun 1940-an.

Pada sekitar tahun 1942, berkembang lagu Kesenian Angklung yang
terkenal berjudul “Genjer-Genjer”. Syair lagi ini diciptakan oleh
M. Arif, seorang seniman pemukul alat instrumen Angklung.

Berdasarkan keterangan teman sejawat almarhum Arif, lagu Genjer-Genjer
itu diangkat dari lagu dolanan yang berjudul “Tong Alak Gentak”.
Lagu rakyat yang hidup di Banyuwangi itu, kemudian diberi syiar baru
seperti dalam lagu genjer-genjer.

Syair lagu Genjer-Genjer dimaksudkan sebagai sindiran atas masa 
pendudukan Jepang ke Indonesia. Pada saat itu, kondisi rakyat
semakin sesangsara dibanding sebelumnya. Bahkan ‘genjer’
(Limnocharis flava) tanaman gulma yang tumbuh di rawa-rawa
sebelumnya dikosumsi itik, namun menjadi santapan yang lezat
akibat tidak mampu membeli ikan atau daging.

Menurut Suripan Sadi Hutomo (1990: 10), upaya yang dilakukan
M Arif sesuai dengan fungsi Sastra Lisan, yaitu sebagai kritik
sosial, menyidir penguasa dan alat perjuangan.

* Hal Kepopuleran lagu

Setelah kemerdekaan Indonesia, lagu "Genjer-genjer" menjadi sangat
populer setelah banyak dibawakan penyanyi-penyanyi dan disiarkan di
radio Indonesia. Penyanyi yang paling dikenal dalam membawakan lagu ini
adalah Lilis Suryani dan Bing Slamet. Sangking terkenalnya bahkan
kemudian muncul pengakuan dari Jawa Tengah, bahwa lagu Genjer-Genjer
ciptaan Ki Narto Sabdo seorang dalang kondang.

Dalam sebuah tulisannya Hersri Setiawan, memberikan penjelasan tentang
asal-muasal hingga lagu Genjer-Genjer menjadi terkenal.

* Hal Keterkaitan dengan politik

Penggunaan dalam propaganda PKI
Pada masa Demokrasi Terpimpin (1959-1966), Partai Komunis Indonesia
(PKI) melancarkan kampanye besar-besaran untuk meningkatkan popularitas.
Lagu ini, yang menggambarkan penderitaan warga desa, menjadi salah satu
lagu propaganda yang disukai dan dinyanyikan pada berbagai kesempatan.
Akibatnya orang mulai mengasosiasikan lagu ini sebagai "lagu PKI".

* Hal Pelarangan oleh pemerintahan Orde Baru

Peristiwa Gerakan 30 September pada tahun 1965 membuat rezim Orde
Baru yang anti-komunisme melarang disebarluaskannya lagu ini.
Menurut versi TNI, para anggota Gerwani dan Pemuda Rakyat menyanyikan
lagu ini ketika para jendral yang diculik diinterogasi dan disiksa.
Peristiwa ini digambarkan pada film Pengkhianatan G 30 S/PKI besutan
Arifin C. Noer.

Dalam serangkaian peristiwa tragedi pembantaian komunis oleh TNI dan
pendukung Orde Baru tahun 1965 - 1966 di Indonesia, Muhammad Arief,
pencipta lagu "Genjer-genjer" meninggal dibunuh akibat dianggap terlibat
dalam organisasi massa onderbouw PKI.

*Hal Pasca Orde Baru

Setelah berakhirnya rezim Orde Baru pada tahun 1998,
larangan penyebarluasan lagu "Genjer-genjer" secara
formal telah berakhir. Lagu "Genjer-genjer" mulai beredar
secara bebas melalui media internet.

Walaupun telah diperbolehkan, masih terjadi beberapa
kasus yang melibatkan stigmatisasi lagu ini, seperti
terjadinya demo sekelompok orang terhadap suatu stasiun
radio di Solo akibat mengudarakan lagu tersebut.

pasca kejatuhan soeharto,Genjer-genjer kembali populer
bahkan group band reage asal jogjakarta telah mempopulerkan
lagu tersebut kembali. Lagu Genjer-Genjer juga digunakan
sebagai opening song dan ending song dalam serial dokumenter
"40 years of silence" yang memuat sejumlah kesaksian
mengenai tahun 1965-1966

________

Penutup
________

Ah..hhh...! Nusantaraku.
Ah..hhh...! Tanah batakku.

Ternyata dalam kesuburan tanahmu tersimpan kepahitan hidup
generasi masalalu yang mungkin telah menjadi kemanisan hidup
pada masa kini. Untuk sebagian orang tentunya.

Kiranya kisah genjer-genjer ini menjadi pelajaran hidup bagi
kita semmua betapa sakitnya menjadi orang yang terjajah dan
betapa pentingnya menjaga persatuan dan kesatuan sesuai
amanat UUD 45, Pancasila dan Dalihan Na Tolu.

Para kawan...!

"Hidup Tano Batak...!



















Selamat malam dan merdeka...!



“Dan barangsiapa yang bersyukur, maka sesungguhnya dia bersyukur
untuk (kebaikan) dirinya sendiri, dan barangsiapa yang kufur
(tidak bersyukur), maka sesungguhnya Tuhanku Maha kaya
(tidak membutuhka sesuatu) lagi Mahamulia”
(QS An-Naml [27]: 40)

___________________________________________________________
Cat. Sumber :
http://id.wikipedia.org/wiki/Genjer-genjer
http://soranaindonesia.blogspot.com/2011/09/lagu-yang-paling-dilarang-dinyanyikan.html

PopAds.net - The Best Popunder Adnetwork

No comments:

Post a Comment